Jakarta selalu dikenal sebagai kota yang tak pernah tidur. Di balik gedung-gedung pencakar langit dan jalanan yang macet sepanjang hari, ada suara-suara lain yang jarang terdengar: bisikan lembut dari komunitas kecil, percakapan hangat di rumah kontrakan, atau alunan musik dari konser sederhana di ruang alternatif. Semua itu kini dirangkum dalam “Jakarta Whispers (Bisik-bisik Jakarta)”, edisi terbaru dari seri Norient City Sounds.
Diluncurkan pada 27 Agustus 2025, pameran digital ini menghadirkan potret Jakarta dari kacamata para seniman, penulis, peneliti, dan fotografer yang sehari-hari bersentuhan langsung dengan denyut kota. Kuratornya adalah Gisela Swaragita, seorang jurnalis musik sekaligus musisi yang sejak lama mengamati riuh dan lirih ibu kota.
“Di kota ini, semua orang berlomba-lomba untuk menjadi yang paling didengar, paling dilihat, paling dikenal. Seakan-akan hanya yang paling keras lah yang bisa bertahan. Akhirnya kita terbiasa dengan kebisingan di sekitar kita sepanjang hari, setiap hari,” jelas Gisela Swaragita, kurator Norient City Sounds Jakarta. Kalimat itu seolah menjadi kunci untuk memahami bagaimana pameran ini melihat Jakarta, bukan hanya sebagai kota bising, melainkan juga ruang penuh perlawanan, solidaritas, dan kreativitas.
Kota yang Keras, Kota yang Hangat
Lewat rangkaian esai, film pendek, foto, playlist, hingga podcast, Jakarta Whispers mencoba menangkap dua wajah kota: keras sekaligus hangat. Dari renungan Rugun Sirait tentang realitas urban yang penuh kebisingan, hingga dokumentasi Peter G.Y. Rumondor atas momen-momen terbaik skena musik independen pertengahan 2010-an.
Ada pula suara-suara yang lebih intim: Dania Joedo, musisi dan aktivis HAM, yang berbagi perjalanan menemukan ruang aman sebagai seorang transpuan; Maezara yang lewat seri foto Life on a Merry Go Round mengabadikan kehidupan sosial anak muda Jakarta; atau Aghnia yang menelusuri jejak musik kota melalui potret personal dan penuh nostalgia.
Semua karya itu memperlihatkan bahwa Jakarta bukan sekadar bising, melainkan juga kota tempat orang-orang saling menopang, menciptakan ruang aman, dan menjahit kebersamaan dari serpihan keramaian.
Dari Layar ke Ruang Nyata
Walau lahir sebagai pameran digital, Jakarta Whispers tak berhenti di layar. Pada Sabtu, 27 September 2025, sebuah acara peluncuran akan digelar di Kios Ojo Keos, Jakarta Selatan. Publik akan diajak berkumpul, berdiskusi, dan menikmati pertunjukan musik. Agenda mencakup perbincangan dengan para kontributor, penampilan band neo-folk asal Yogyakarta Rabu, serta musisi-penyair Bin Idris.
Di ruang kecil itu, bisik-bisik Jakarta akan hadir secara nyata: cerita-cerita tentang identitas, perlawanan, dan energi kreatif yang tetap tumbuh di tengah kota terbesar Indonesia.
Mengarsipkan Kota, Merawat Suara
Jakarta Whispers adalah bagian dari seri global Norient City Sounds yang sebelumnya telah menelusuri Nairobi, Beirut, Delhi, dan Bogotá. Dengan menyoroti Jakarta, Norient menambahkan bab baru dalam arsip kota-kota dunia, menegaskan bahwa musik dan suara bukan sekadar hiburan, melainkan seismograf zaman dan penanda perubahan sosial dan budaya.
Di tengah riuh ibu kota, bisikan-bisikan kecil ini menjadi pengingat: selalu ada ruang untuk mendengar, memahami, dan merayakan keragaman.[]