Mendekatkan seni kepada masyarakat pinggir kota.
Dalam rangka menyongsong dan menggelorakan kembali semangat sumpah pemuda, Komunitas Ngopinyastro berkolaborasi dengan Garis Depan Gerakan Pemuda (Garda Gempa), Mancingan, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta akan menyelenggarakan “JALAMUDA: Nyastro Pinggir Segoro”. Pelataran ikon “Pantai Parangtritis” akan dijadikan sebagai panggung acara peringatan 88 tahun sumpah pemuda tersebut, sabtu (29/10) nanti.
Diselenggarakan mulai pukul 19.00 WIB, Jalamuda akan menampilkan berbagai macam pertunjukan dari berbagai komunitas seni. Pembacaan puisi oleh Studio Pertunjukan Sastra, pembacaan cerpen dari Teater Seriboe Djendela Universitas Sanata Dharma, dan performing art dari Pejalan Bergerak dipastikan akan bergabung dalam perhelatan tersebut. Penampilan musik puisi dari KMSI Universitas Negeri Yogyakarta, Rastabil, Gemintang Kirana dan Orkes Ngopicerdas juga turut ambil bagian menyemarakkan.
Pantai Parangtritis dipilih sebagai lokasi pertunjukan karena dirasa cocok mewakili semangat untuk membangkitkan lagi gelora kepemudaan dalam rangka hari sumpah pemuda. Secara khusus, pemuda desa Parangtritis dan sekitarnya diajak untuk mengembangkan kreativitas dan inovasinya dalam hal berkesenian.
Selain itu, berdasar rilis yang diterima oleh redaksi Serunai, acara pertunjukan ini juga memiliki visi untuk mendekatkan kesenian dengan masyarakat. Pantai Parangtritis sebagai salah satu ikon Yogyakarta dinilai tepat untuk mendekatkan kesenian dengan masyarakat. Hal ini mewujud dengan diberikannya kesempatan bagi para pengunjung yang hadir untuk turut berekspresi dalam sesi “Panggung Bebas”.
“Panggung bebas merupakan ciri khas dalam setiap acara yang diadakan Komunitas Ngopinyastro, tujuannya untuk menyatukan seni dan masyarakat umum dengan cara memberi ruang bagi masyarakat untuk berekspresi,” jelas koordinator acara melalui siaran pers.
Jalamuda sendiri diharapkan dapat menjadi stimulus untuk membuka wacana dan pengetahuan baru bagi masyarakat Parangtritis dan wisatawan tentang perkembangan seni dan komunitas seni. Pasalnya, perkembangan seni dan komunitas seni di Yogyakarta selama ini dinilai sentralistis. “Perkembangan seni dan komunitas seni di Yogyakarta saat ini lebih cenderung terfokus di pusat kota Yogyakarta saja,” ujar Garda Gempa selaku koordinator acara.