Kategori : Kolom

Polemik JRX – Via Vallen : Perdebatan yang Sia-sia


Polemik antara penabuh drum band Superman is Dead (SID), I Gede Ari Astina atau dikenal dengan Jerinx [selanjutnya disebut JRX] dan biduanita Dangdut Koplo, Maulidia Octavia atau dikenal dengan Via Vallen [selanjutnya disebut VV] mengemuka sejak 10 November lalu. JRX menegur VV karena mengkaver lagunya yang bertajuk “Sunset di Tanah Anarki” tanpa izin. JRX merasa terganggu oleh beberapa alasan. Pertama,…

Selengkapnya »

Salah Tompo*: Memahami Praktik dan Pemaknaan Dangdut Koplo dalam Menggoyang Kemapanan


Beberapa waktu yang lalu, pentolan grup musik beraliran punk, Superman Is Dead, JRX (baca: Jerink) melayangkan sentilan kepada penyanyi dangdut yang namanya tengah di puncak ketenaran, Via Vallen. Pernyataan JRX kemudian memicu perdebatan di sekitar mereka dan semesta musik yang mereka usung. Simak pernyataan JRX selengkapnya: Mungkin banyak pertanyaan. Kenapa baru sekarang saya sentil VV? Simpel. Karena album SID yg…

Selengkapnya »
Jerinx SID dan Via Vallen (Foto; Tribunnews)

Yang Hilang dalam Perdebatan JRX dan Via Vallen


I Gede Ari Astina, atau yang biasa kita kenal dengan nama Jerinx (selanjutnya disingkat JRX) melayangkan protes kepada biduan yang sedang melejit namanya Via Vallen. JRX, melayangkan diss kepada Via yang ia anggap hanya memanfaatkan karya SID untuk meraih profit, entah itu materi maupun popularitas dengan menyanyikan berulang kali lagu SID, “Sunset di Tanah Anarki” dalam versi dangdut koplo. Beberapa…

Selengkapnya »

Selamat Jalan Ari Malibu


Silence like a cancer grows… (The Sound of Silence – Simon and Garfunkel) Saya pertama kali mendengar lantunan musik puisi karya Sapardi Djoko Damono sekitar tahun 2000-an. Kapan persisnya saya lupa, mungkin sekitar 2002. Saat itu saya masih (kadang-kadang) kuliah di salah satu kampus di Yogyakarta. Selain kuliah dan beraktivitas di bidang kesenian, saya juga berusaha mendapat pekerjaan meski serabutan.…

Selengkapnya »
Senja di Siberut (Serunai; Zakharia Taufan)

Siberut dalam Pergulatan


Sedari dahulu dan hingga akhir-akhir ini, Siberut berulang kali mengalami ketidakadilan. Di antaranya—dan mungkin yang paling parah—akibat pelbagai kebijakan otoriter yang dibuat pemerintah, yang tidak sedikit juga diteruskan lagi oleh para pemilik perusahaan besar. Namun, kini kita bisa melihat juga ketidakadilan yang paling sederhana: akibat cara pandang. Ada contoh perbandingan yang bisa diambil tentang ketidakadilan cara pandang. Misalnya, berbagai kebijakan…

Selengkapnya »

Mobilitas​ ​Seniman​ ​Gelandangan​ ​Kosmopolit dan​ ​Strategi​ ​Kebudayaan​ ​Kita


Rekan-rekan pekerja seni yang saya hormati, Mengapa sekarang ada begitu banyak institusi yang menawarkan program residensi? Dan apa efek dari meningkatnya kesempatan mobilitas bagi keberlangsungan praktik seni dalam konteks kita? Mengapa ada institusi atau galeri, yang mau membayari seniman ongkos tiket, akomodasi dan uang saku untuk berkarya di luar negeri? Transaksi nilai apa yang berlangsung dalam mobilitas residensi seniman? Benarkah…

Selengkapnya »

Mengapa Kangen Band Penting bagi Perkembangan Musik Populer Indonesia?


Andika Kangen Band baru saja memberi kisi-kisi kepada kaum lelaki agar dapat dengan mudah digilai perempuan, atau lebih tepatnya untuk menjadi brengsek sejak dalam pikiran. Sebelumnya, dia dilantik menjadi anggota DPD Partai Demokrat Bidang Seni dan Budaya dan ingin sekolah jurusan hukum karena sering dihukum. Namun, alih-alih membicarakan semua ujaran kebencian yang dilontarkan Andika—maksud ujaran kebencian di sini adalah ujaran-ujaran…

Selengkapnya »
Senartogok dan Ucok Homicide di panggung Kulon Progo (Foto: Alfian Putra)

Musik, Opium bagi Massa, dan Bagaimana Mengakalinya


“Hari ini kebisingan duduk memerintah lebih tinggi melampaui kepekaan manusia.” —Luigi Russolo, The Art of Noise. Maklumat Russolo dalam manifesto The Art of Noise bukanlah kelakar mentah. Sang futuris asal Portogruaro itu menyadari bahwa revolusi industri telah memberikan kapasitas lebih kepada manusia modern untuk mengapresiasi suara-suara yang jauh lebih kompleks dari sebelumnya. Lewat revolusi industri pula, kebisingan itu tak hanya…

Selengkapnya »

Meneroka Festival


“Sithik-sithik kok festival”. Kira-kira seperti itulah gerundelan waton yang muncul dari kawan saya. Ungkapan itu mencuat beberapa waktu lalu ketika kami ngobrol ngalor-ngidul dan sedikit menyinggung tentang geliat seni dan budaya di Yogyakarta. Ia, meski harus diakui terkesan agak nyinyir, menyampaikan kejengahannya tentang penggunaan kata festival di berbagai helatan. Menurut hematnya, saking sering sebuah terminologi digunakan, maka tidak jarang pula…

Selengkapnya »